Jumat, 16 November 2012

Fungsi Bimbingan Konseling

Fungsi Bimbingan dan Konseling adalah :
  1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
  2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
  3. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
  4. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
  5. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
  6. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
  7. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
  8. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
  9. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
  10. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
  11. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseling



pemahaman individu

A.  Pengertian Pemahaman individu
a.    Proses kegiatan pengumpulan informasi untuk dapat mengenal, mengerti dan memahami individu secara keseluruhan baik masalahnya atau latar belakangnya.
b.    Kegiatan pengumpulan informasi sbagai upaya mengenal, menilai , mengerti, katakteristik dan masalah individu.
c.    Suatu cara untuk memahami, menilai, menaksir karakteristik potensi dan atau masalah-masalah (gangguan) yang ada pada individu atau sekelompok individu. Cara yg digunakan meliputi observsi, interview, skala penilaian, daftar cek, inventory, teknik proyektif dan beberapa teknik tes.

B.  Tujuan Pemahaman Individu
Sebagai dasar untuk menentukan jenis bantuan yang diberikan. Pemberian bantuan layanan bk memerlukan dasar penentuan jenis layanan. Individu akan memperoleh bantuan yang terarah sehingga apa yang diharapkannya tercapai.

C.  Urgensinya P.I bagi BK
a.    BK sebagai layanan profesional yang setiap layanannya setidaknya memberikan dasar yang faktual.
b.    Memberikan warna ilmiah pada layanan bk secara sistematis (dapat dipertanggungjawabkan)

D.  Rasionalnya dilakukan Pemahaman Individu dalam layanan BK
Hakekat bk sendiri adalah mencapai kemandirian peserta didik. Strategi yang digunakan harusnya sesuai dengan keadaan individu yang dimaksud (karakteristik dan permasalahan oleh klien). Data yang didapat digunakan untuk dasar pemberian layanan, sehingga hasil yang dicapai adalah perubahan tingkah laku konseli.

E.  Fungsi Pemahaman Individu
1.     Memberikan warna profesional pada layanan BK. Dalam hal ini setiap jenis dan strategi layanan memiliki dasa yang kuay sehingga dapat dilakukan secara sistematis. (Apabila terjadi kegagalan maka dapat ditelusuri kebelakang, ada dasarnya, jika ada kesalahan ada letaknya. Setiap langkah dalam memberikan layanan harus punya dasar. (misal diagnosis butuh data)
2.    Mendasari pelaksanaan setiap layanan BK karena dng Pemahaman individu dapat diketahui karakteristik masalah dan kebutuhan bimbingan dari individu yang bersangkutan
3.    Hasil dari P.I menjadi tumpuan dari setiap layanan BK, dalam hubungan dengan prediksi, diagnosis, evaluasi program layanan bg individu yang bersangkutan.

F.  Sasaran Pemahaman Individu
1.     Aspek Pribadi terkait dengan individu sbg pribadi, individu sebagai masyarakat sosial, individu sbg peserta didik. Disamping individu sbg pribadi dalam P.I harus dilihat bahwa individu dalam bimbingan dan konseling bisa bersatu sgb konseli/ klien dalam hal ini sasaran pemahaman indivudu adalah kebutuhan konseli dan/atau permasalahan klien.






2.    Aspek Rohani meliputi aspek kognitif (IQ, Bakat) dan aspek non kognitif ( SQ, EQ, sikap, minat)
3.    Aspek Sosial yang perlu dipahami adalah keadaan lingkungan, keluarga (status keluarga, status ekonomi keluarga). Lingkungan tempat tinggal berpengaruh pada perilaku,
4.    Aspek masalah yang berisi faktor penyebab masalah, gejala masalah, karakteristik masalah.
G.  TEKNIK PEMAHAMAN INDIVIDU
1.     Teknik Tes
2.    Teknik Non-tes
Yang akan dibicarakan adalah teknik NON-TES














BAGIAN II.
METODE DAN ALAT NON-TES

A.  Observasi
1.     Pengertian
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan pendekatan kualitatif melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala objek yang diteliti. Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan (secara inderawi) yang direncanakan, sistematis dan hasilnya dicatat serta dimaknai (interpretasi) dalam rangka memperoleh pemahaman tentang subjek yang diamati
2.    Tujuan
a.    Untuk mengamati perilaku dan sikap konseli ataupun keadaan lingkungan konseli
b.    Untuk mengumpulkan data dan informasi tentang perilaku dan kebiasaan konseli
c.    Untuk memahami dan mengenali karakteristik masalah klien
3.    Fungsi
a.    Bisa dijadikan sebagai alat control atau triangulasi terhadap kebenaran informasi yang disampaikan konseli
b.    Bisa dijadikan validasi terhadap kebenaran yang disampaikan konseli
c.    Sebagai alat untuk evaluasi dari tes yang telah dilakukan
d.    Memperoleh gambaran, pengetahun, dan pemahaman tentang diri konseli
e.    Menunjang dan melengkapi bahan-bahan yang telah diperoleh melalui wawancara
f.    Keperluan asesmen awal
g.    Menilai sikap, minat dan nilai siswa
h.    Melihat proses kegiatan yang dilakukan siswa
i.     Sebagai bahan laporan kepada orang tua, guru, dokter
4.    Penggunaan
a.    Sasaran
Sasaran obeservasi adalah tingkah laku konseli. Yang meliputi :
·         Ekspresi verbal/ non verbal
·         Aspek perilaku individu, kelompok dan situasinya
·         Waktu, lokasi, penampakan eksterior (cara berjalan, gaya pakaian), gaya bahasa
b.    Cara Penggunaan observasi.
Agar observasi bisa dilakukan dengan baik, maka perlu dilakukan perencanaan secara cermat dalam bentuk pedoman observasi
a.    Menetapkan tujuan observasi
b.    Memastikan dan memahami materi observasi
c.    Menggali variabel-variabel observasi yaitu bagian penting dari apa yang akan diobservasi. Misal yang akan diobservasi adalah siswa maka variabelnya misalnya gaya berpakaian, cara berjalan.
d.    Menggali sub variabel
e.    Menetapkan indikator, yang memaknai karakteristik yang ada pada variabel yang dapay dijadikan bahan untuk menyusun panduan obervasi.
f.    Alat bantu obeservasi antaa lain dafta riwayat kelakuan, catatan anekdot, daftar cek , skala penilaian, alat bantu mekanik (recorder)


B.  Catatan Anekdot (Anecdotal Record)

1.     Pengertian
Catatan anekdot alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi bagi individu yang berupa catatan catatan tingkah laku yang dihasilkan dapat mempermudah guru pembimbing memahami kepribadian siswa.
Catatan anekdot adalah alat pemahaman individu non tes yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang berkenaan dengan individu yang berupa catatan-catatan yang berisi tingkah laku luar biasa/ typical behavior siswa pada saat tertentu.
2.     Tujuan
Mengumpulkan informasi yang relevan tentang kepribadian siswa melalui pencatatan fakta yang diamati dilingkungan sekolah. Namun satu anekdota belum cukup menyajikan informasi yang relevan, dibutuhkan beebrapa anekdota yang ditulis beberapa pengamat ( guru pembimbing, guru mapel). Lalu anekdota dari beberapa pengamat itu dikumpulkan dan  dipelajari dalam satu urutan kronologis yang kemudian diinterpretasi menyeluruh untuk menggamabrkan satu-dua aspek kepribadian siswa.
3.    Fungsi
Penggunaan anekdota membawa keuntungan yaitu diperoleh diskripsi tentang tingkah laku siswa dalam berbagai situasi untuk membantu petugas bimbingan memahami individualitas siswa dgn baik. Penulisan laporan anekdota membuat para guru akan lebih sadar akan ciri-ciri kepribadian siswa.
4.    Penggunaan
a.    Sasaran
Siswa-siswi siapa yang akan diberikan perhatian khusus, tergantung dari kebijaksanaan yang diambil secara bersama-sama, secara acak atau siswa yang tingkahlakunya menonjol.
Hal yang didiskripsikan adalah suatu perbuatan siswa yang berupa ucapan/ tindakan berdasarkan observasi.
Pencatat anekota tidak harus guru pembimbing, tetapi seluruh tenaga pendidik
b.    Cara menggunakan
Suatu anekdota yang baik memuat unsur pokok yaitu nama siswa, tanggal observasi,tempat observasi,, situasi dimana perbuatan diobservasi,kelas siswa,deskripsi singkat, komentar, nama pengamat.

Syarat Penggunaan Anekdota
1.     Koordinator guru pembimbing pada tahun ajaran baru mencari bantuan kepada guru-guru untk berpartisipasi dalam proyek penulisan anekdota ini.
2.    Koordiator bimbingan merundingkan tujuan yang ingin dicapai dan segi teknik penulisan, format yang digunakan, laporan kata-kata dsb
3.    Diputuskan bersama-sama siswa-siswi yang akan diobservasi menggunakan anekdota record ini.
4.    Ditentukan bersama prosedur yang diikuti, misalnya waktu kapan akan ditulis dan waktu kapan akan diserahkan kepada siapa.
5.    Disepakati bersama peristiwa atau kejadian yang bagaimana, yang dapat dianggap signifikan dan menyatakan sesuatu tentang kepribadian siswa.
6.    Akhir semester atau akhir tahun pelajaran ahli bimbingan diserahi beberapa tumpukan anekdota dan menysun suatu seri untk masing-masing siswa dengan mengurutkan secara kronologis setiap seri. Lalu dipelajari dan di deskripsikan dan suatu interpretasi tenatng sikap dan sifat siswa.
7.    Proyek ini baru boleh dimulai setelah ada jaminan tentang partisipasi sleuruh staf tenaga pendidik, kesungguhan menulis anekdota dan manfaat bagi siswa.

C.  Wawancara
1.     Pengertian
Wawancara adalah teknik atau metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi sengan sumber yang disebut  konseli. Komunikasi dilakukan secaa dua aah dialog tanya jawab secara lisan.
2.    Tujuan
Tujuan diadakannya wawancara adalah untuk memperoleh keterangan, data dan informasi dari siswa, Selain itu untuk mengetahui adanya permasalahan dalam diri siswa. dan hasil dari wawancara sebagai landasan pemberian layanan yang tepat sesuai kebutuhan konseli.
3.    Fungsi
a.    Mengetahui kondisi psikologis interviewee (dapat dilihat saat wawancara berlangsung), kondisi pribadi konseli dapat dijadikan data dalam pengumpulan informasi
b.    Memperlengkap data dan informasi yang didapat dari pribadi konseli dalam aspek kepribadiannya
c.    Dengan memahami setiap siswa konselor dapat memahami setiap siswa sesuai kunikannya masing kemudian menentujan jenis layanan yang tepat
4.    Penggunaan
a.    Sasaran
Sasaran terkait subjek yang akan diwawancarai adalah Konseli dan klien, selain itu juga guru mata pelajaran, wali kelas siswa, orang tua atau narasumber yang terkait permasalahan siswa.
Sasaran terkait objek yang didapat antara lain
·         Latar belakag keluarga (data org tua, suasana keluarga)
·         Riwayat sekolah (jenjang pendidikan yang pernah diikuti)
·         Minat terhadap suatu bidang
·         Pengalaman diluar sekolah (organisasi)
·         Kesehatan jasmani (penyakit, gangguan alat indra dsb)
b.    Cara menggunakan teknik wawancara
·         Persiapan pertanyaan
·         Tujuan dan maksud wawancara harus disampaikan kepada konseli
·         Berpegang pada urutan fase dalam wawancara (fase pembukaan mencptakan suasana yang menyenakgan, fase inti diajukan pertanyaan sesuai informasi, fase pentutp ucapan terima kasih
·         Menunjukan sikap yang serasi
·         Bertidak asertif selama proses wawancara berlangsung
·         Merumuskan pertayaan dalam corak bahasa yg jelas dan mudah ditangkap
·         Tidak memaksa siswa untuk yang sulit berbicara atau lambat bicara untuk memberikan penjelasan yang terlalu panjang lebar.
·         Membatasi lamanya wawncara
·         Menghindari perumusan pertanyaan yang sugestif (pertanyaan tetutup )yang jawabannya ya / tidak
·         Waspada tentang informasi yang diberikan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya
·         Mencatat seperlunya.

D.  Laporan Kepribadian dan Teknik Proyektif
1.     Pengertian
Laporan kepribadian adalah teknik mempelajari individu yaitu pengumpulan sifat-sifat dasar kepribadian individu dan teknik yang mengungkap ciri-ciri kepribadian individu. Laporan kepribadian sebagai teknik dengan mengumpulkan hasil pengungkapan dengan menggunakan instrumen personality inventory, problem checlist, Autobiografi.
Teknik proyektif adalah teknik pemahaman individu dengan mengungkap proyeksi diri individu terhadap proyeksi diri yang diberikan. Teknik ini biasanya dengan menggunakan bantuan instrumen tes yaitu tes proyeksi (roshach, wartegg), cerita gambar.
2.    Tujuan
a.    Membantu siswa mengenali dirinya yaitu memahamu kelebihan dan kekurangannya yang sesuai dengan kepribadiannya.
b.    Membantu guru pembimbing dalam memahami gambaran utuh dari siswa
c.    Membuat diagnosis permasalahan yang mungkin bisa muncul dari diri siswa yang sedang dihadapi.
d.    Untuk mengetahui kepribadian siswa
3.    Fungsi
a.    Laporan Kepribadian
·         Memperoleh gambaran-gambaran mengenai kejadian penting dalam kehidupan individu
·         Memperoleh gambaran dan ciri-ciri kepribadian individu
·         Mempersiapkan indeks sifat dasar kepribadian atau komponen kepribadian
b.    Teknik Proyektif
Mengungkap keadaan psikolog bawah sadar manusia yang selama ini ditekan ke alam bawah sadar dengan menggunakan tes prokyeksi.
4.    Penggunaan
a.    Sasaran dari penggunaan laporan kepribadian dan teknik proyektif adalah kepribadian siswa.
b.    Cara penggunaan
Pelaksanaan teknik laporan kepribadian dengan menggunakan alat atau instrumen yaitu inventory kepribadian, autobiografi, DCM.
Hal-hal penting dalam pembuatan laporan kepribadian :
·         Gambaran kepribadian harus objektif
·         Tidak dipengruhi simpati / antipati pemeriksa dan kesan pribadi
·         Mengemukakan ciri kepribadian yang menonjol
·         Penggambaran kepribadian secara menyeluruh
·         Laporan mudah dimengerti
Pelaksanaan teknik proyektif yaitu dengan menggunakan isntrumen atau alat tes proyeksi
·         Menggunakan tes Rorschach (menggunakan stimulus perkataan, ide, image yang muncul)
·         Menggunakan tes TAT ,MAPS make pictur story ( membuat suatu produk cerita, cerita itu dapat dikenali keadaan psikologis individu
·         Menggunakan Tes Rosenzweig (melengkapi kalimat atau cerita yang sudah ada sebelumnya.
·         Menggunakan Szondi-test (mengatur kembali gambar, mencatat referensi)
·         Menggunakan BAUM, HTP, DAP (gambar cara dalam menyelesaikan sesuatu dievaluasi.

E.  Inventori
1.     Pengertian
Inventori adalah suatu metode untuk mengumpulkan data yang berupa suatu pernyataan (statemen) tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu dan sejenisnya. Dari daftar pertanyaan tersebut individu diminta untuk memilih mana pernyataan yang cocok dengan dirinya. Inventory adalah metode untuk memahami individu dengan memberikan sejumlah daftar pernyataan yang harus dijawab/dipilih responden sesuai dengan keadaan dirinya. Pernyataan tersebut menyangkut tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu. Jawaban responden tersebut selanjutnya ditafsirkan oleh pengumpul data tentang keadaan responden dan responden memahami diri. Inventory tergolong metode laporan diri (self-repport) atau diskripsi diri (self-deskripsi). Personality inventory mengungkap ciri/aspek kepribadian bentuknya pernyataan dgn jawaban singkat.. Contoh : (iniventory kepribadian, inventory minat, tingkat nilai religius, bisa juga untuk mengungkap sistem nilai pada suatu mausia.

Macam inventory
a.    Inventory Locus terkendali : terdiri 29 pasang butir soal yang disusun berdasarkan konsep individu menanggapi reinforcement yg diterima sebagai konsekuensi logis dari hasil kerja kerasnya sendiri
b.    Inventory Self-esteem : persepsi individu thd dirinya baik atau tidak
c.    Inventory Skala Konsep diri : skala yang berisi tentang penampilan fisik, tingkah laku sosial, status akademis, ketidakpuasan, kepuasan terhadap diri sendiri diantara bentuk2 positif dan negatif
d.    Inventoy Perkembangan Siswa
Memamahi tingkat perkembanganindividu
2.    Tujuan
Untuk mengumpulkan data dan informasi yang digunakan untuk memahami tingkah laku siswa, data yang cocok dikumpulkan dengan metode inventory ini adalah tentang tempramen, karakter, penyeusian diri, sikap, minat, kebiasaan belajar,gambaran diri, jenis masalah. Dsb
3.    Fungsi
Bagi guru pembimbing sebagai dasar dalam memahami siswa,yang meliputi tempramen, karakter, penyeusian diri, sikap, minat, kebiasaan belajar,gambaran diri, jenis masalah.   serta sebagai dasar untuk pemberian bantuan dalam kaitannya dengan pemecahan masalah yang dialami siswa. Bagi siswa/ klien adalah ia mampu memahami arti dirinya dari data yang diperolehnya. Pemahaman terhadap arti data tersebut merukapan bahan pengambilan keputusan dalam konseling.
4.    Penggunaan
Sasaran penggunaan inventori ini antara lain :
a.    Pemahaman pribadi secara umum
·         Minat
·         Sikap
·         Kebiasaan belajar
·         Tempramen
·         Karakter
·         Jenis masalah
b.    Pemahaman terhadap lingkungan sosial
c.    Pemahaman perkembangan individu yang meliputi :
·         Landasan religius
·         Perilaku etis
·         Kematangan emosi
·         Kematangan intelektual
·         Kesadaran tanggung jawab
·         Peran sosial (wanita dan pria)
·         Penerimaan diri dan pengembangan
·         Kemandirian dan perilaku ekonomis
·         Persiapan karir
·         Hubungan dengan teman sebaya
Cara menggunaan metode inventory dalam pemahaman individu
a.    Subjek individu atau responden supaya memlihi pernyataan yang cocok dengan dirinya dengan cara memberi tanda tertentu (x) atau () ceklist
b.    Sementara pernyataan yang tidak cocok tidak perlu dijawab atau dilewat. Tetapi pada inventory tertentu ada pentunjuk bahwa setiap nomor harus dijawab.

F.  Biografi dan Autobiografi
1.     Pengertian
Kedua-duanya merupakan alat pengumpul data melalui catatan yang ditulis sendiri maupun orang lain.
Biografi adalah alat pengumpul data yang ditulis oleh orang lain yang berisi riwayat hidup seseorang. Autobiografi adalah alat pengumpul data yang ditulis sendiri oleh orang itu hingga akhir hidupnya.
2.    Tujuan
Untuk mengetahui informasi dan memahami keadaan peserta didik yang berhubungan dengan minat,cita-cita, riwayat penyakit dan pengalaman hidup, untuk mengungkap suatu kisah atau keterangan pserta didik yang bersumber dari kisah nyata.
3.    Fungsi
a.    Memperoleh gambaran mengenai kejadian-kejadian penting dalam kehidupan individu.
b.    Mengetahui reaksi-reaksi pribadi atau sikap pribadi terhadap kejadian penting yang dihadapi individu dalam kehidupannya
c.    Memperoleh data mengenai individu / pribadi murid dan lingkungan hidupnya.
d.    Memperlajari ungkapan pikiran dan perasaan individu terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya melalui catatan yang ditulis sendiri maupun dituliskan orang lain.
4.    Penggunaan
a.    Sasaran
Obyak yang dipahami dalam penulisan biografi dan autobiografi
·         Keterangan tentang diri
·         Saya dan keluarga
·         Riwayat kesehatan
·         Riwayat pendidikan
·         Rekreasi pengisian waktu luang
·         Pribadi saya
Konselor dapat membantu peserta didik membuat  autibiografi dengan memberikan suatu daftar yang dicantumkan
·         Cita-cita
·         Pengalaman yang paling mengesankan
·         Keadaan orang tua
·         Riwayat pendidikan
·         Riwayat kesehatan
·         Kegiatan untuk mengisi waktu luang
·         Hubungan dengan teman-teman
·         Masa depan pendidikan
b.    Cara menggunakan
Autobiografi
·         Kenali siapa kita (dieksplorasi melalui bentuk fisik, gambaran diri)
·         Tuliskan tentang asal-usul kita
·         Ceritakan tentang kehidupan masa kecil kita
·         Riwayat sekolah kita
·         Ceritakan bagaimana kehidupan kita menuju dewasa
Biografi
·         Cari tokoh yang menjadi panutan
·         Cari gambaran tentang kejadian-kejadian penting yang dialami oleh seseorang tersebut dalam hidupnya yang mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi orang tersebut

G.  Daftar Cek Masalah (Problem Checklist)
1.     Pengertian
Alat atau instrumen yang berupa daftar cek yang khusus disusun untuk merangsang / memancing pengutaraan masalah-masalah atau problem-problem yang pernah atau sedang dialami seseorang.
2.    Tujuan
a.    Untuk memahami dan mengenal diri konseli dengan baik.
b.    Untuk mengetahui penyebab dari permasalahan konseli
c.    Untuk menentukan jenis layanan yang tepat untuk permasalahan yang dialami konseli
d.    Konseli dapat terselesaikannya masalah
e.    Untuk melengkapi data yang sudah ada
f.    Sebagai pedoman penyusunan program bimbingan.

3.    Fungsi
a.    Memudahkan individu mengemukakan masalah yang pernah dan sedang dialami. Dengan DCM memungkinkan individu mengingat kembali masalah-masalah yang dialaminya
b.    Sistematisasi jenis masalah yang ada pada individu agar memudahkan analisa data
c.    Menyarankan suatu prioritas program pelayanan bimbingan dan konseling  sesuai dengan masalah individu atau kelompok pada saat itu
4.    Penggunaan Daftar Cek Masalah
a.    Sasaran
Sasaran penggunaan dafrat cek masalah adalah data pribadi siswa yang mencerminkan tingkah laku siswa beserta masalah-masalah yang sudah dan pernah dialami oleh siswa yang tidak dapat diungkapkan secara lisan.
b.    Cara penggunaan DCM
·         Menyiapkan buku DCM
·         Menguasai petunjuk cara mengerjakan DCM
·         Mengontrol situasi ruangan, siswa diharapkan tenang
·         Konselor menerangkan maksud menggunakan DCM, menumbuhkan kepercayaan dan motivasi kepada siswa
·         Menyuruh siswa menyiapkan alat tulis
·         Membagikan lembar DCM
·         Menginstruksikan mengisi identitas
·         Membagikan buku DCM
·         Membacakan petunjuk cara mengerjakan
·         Memberi contoh cara mengerjakan DCM yaitu memberi tanca cek () pada nomor di lembar jawaban
·         Memberikan instruksi mengerjakan DCM
·         Mengontrol siswa apakah mengerjakan dengan benar
·         Mengumpulkan pekerjaan siswa

Selasa, 06 November 2012

Sejarah bimbingan dan konseling

Sejarah bimbingan dan konseling di Indonesia, Pelayanan Konseling dalam system pendidikan Indonesia mengalami beberapa perubahan nama. Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama menjadi Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan kurikulum 1975. Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir didalamnya. Perkembangan BK semakin mantap pada tahun 2001.


Perkembangan bimbingan dan konseling sebelum kemerdekaan

Masa ini merupakan masa penjajahan Belanda dan Jepang, para siswa didiik untuk mengabdi emi kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti ini, upaya bimbingan dikerahkan. Bangsa Indonesia berusaha untuk memperjuangkan kemajun bangsa   Indonesia melalui pendidikan. Salah satunya adalah taman siswa yang dipelopori oleh K.H. Dewantara yang menanamkan nasionalisme di kalangan para siswanya. Dari sudut pandang bimbingan, hal tersebut pada hakikatnya adalah dasar bagi pelaksanaan bimbingan.


Dekade 40-an

Dalam bidang pendidikan, pada decade 40-an lebih banyak ditandai dengan perjuangan merealisasikan kemerdekaan melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang serba darurat mkala pada saat itu di upayakan secara bertahap memecahkan masalah besar anatara lain melalui pemberantasan buta huruf. Sesuai dengan jiwa pancasila dan UUD 45. Hal ini pulalaah yang menjadi focus utama dalam bimbingan pada saat itu.

Dekade 50-an

Bidang pendidikan menghadapi tentangan yang amat besar yaitu memecahkan masalah kebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia. Kegiatan bimbingan pada masa dekade ini lebih banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan dan benar benar menghadapi tantangan dalam membantu siswa disekolah agar dapat berprestasi.

Dekade 60-an

Beberapa peristiwa penting dalam pendidikan pada dekade ini :
  1. Ketetapan MPRS tahun 1966 tentang dasar pendidikan nasional
  2. Lahirnya kurikulum SMA gaya Baru 1964
  3. Lahirnya kurikulum 1968
  4. Lahirnya jurusan bimbingan dan konseling di IKIP tahun 1963

Keadaan dia tas memberikan tantangan bagi keperluan pelayanan bimbinga dan konseling disekolah.

Dekade 70-an

Dalam dekade ini bimbingan di upayakan aktualisasi nya melalui penataan legalitas sistem, dan pelaksanaannya. Pembangunan pendidikan terutama diarahkan kepada pemecahan masalah utama pendidikan yaitu :
  1. Pemerataan kesempatan belajar, 
  2. Mutu, 
  3. Relevansi, dan 
  4. Efisiensi. 

Pada dekade ini, bimbingan dilakukan secara konseptual, maupun secara operasional. Melalui upaya ini semua pihak telah merasakan apa, mengapa, bagaimana, dan dimana bimbingan dan konseling.

Dekade 80-an

Pada dekade ini, bimbingan ini diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk menuju kepada perwujudan bimbingan yang professional. Dalam dekade 80-an pembangunan telah memasuki Repelita III, IV, dan V yang ditandai dengan menuju lepas landas.

Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini:
  1. Penyempurnaan kurikulum
  2. Penyempurnaan seleksi mahasiswa baru
  3. Profesionalisasi tenaga pendidikan dalam berbagai tingkat dan jenis
  4. Penataan perguruan tinggi
  5. Pelaksnaan wajib belajar
  6. Pembukaan universitas teruka
  7. Ahirnya Undang – Undang pendidikan nasional

Beberapa kecenderungan yang dirasakan pada masa itu adalah kebutuhan akan profesionalisasi layanan, keterpaduan pengelolaan, sistem pendidikan konselor, legalitas formal, pemantapan organisasi, pengmbangan konsep – konsep bimbingan yang berorientasi Indonesia, dsb.


Meyongsong era lepas landas

Era lepas landas mempunyai makna sebagai tahap pembangunan yang ditandai dengan kehidupan nasional atas kemampuan dan kekuatan sendiri khususnya dalam aspek ekonomi. Cirri kehidupan lepas landas ditandai dengan keberadaan dan berkembang atas dasar kekuatan dan kemampuan sendiri, maka cirri manusia lepas landas adalah manusia yang mandiri secara utuh dengan tiga kata kunci : mental, disiplin, dan integrasi nasional yang diharapkan terwujud dalam kemampuannya menghadapi tekanan – tekanan zaman baru yang berdasarkan peradaban komunikasi informasi.


Bimbingan berdasarkan pancasila

Bimbingan mempunyai peran yang amat penting dan strategis dalam perjalanan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Manusia Indonesia yang dicita-citakan adalah manusia pancasila dengan cirri-ciri sebagaimana yang terjabar dalam P-4 sebanyak 36 butir bagi  bangsa Indonesia, pancasila merupakan dasar Negara, pandangan hidup, kepribadian bangsa dan idiologi nasional. Sebagai bangsa, pancasila menuntut bangsa Indonesia mampu menunjukkan ciri-ciri kepribadiannya ditengah-tengah pergaulan dengan bangsa lain. Bimbingan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dan mempunyai tanggung jawab yang amat besar guna mewujudkan manusia pancasila karena itu seluruh kegiatan bimbingan di Indonesia tidak lepas dari pancasila.


Sejarah bimbingan dan konseling di Dunia Internasional

Sampai awal abad ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani oleh para guru.

Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut.

Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers.

Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku tentang “memilih suatu karir” dan membentuk komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah di New York. Kamite tersebut bergerak untuk membantu para pemuda dalam menemukan kemampuan-kemampuan dan belajar tentang bimbingan menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi seorang pekerja yang produktif.

Frank Parson dikenal sebagai “Father of The Guedance Movement in American Education”. Mendirikan biro pekerjaan tahun 1908 di Boston Massachussets, yang bertujuan membantu pemuda dalam memilih karir uang didasarkan atas proses seleksi secara ilmiyah dan melatih guru untuk memberikan pelayanan sebagai koselor.
Bradley (John J.Pie Trafesa et. al., 1980) menambah satu tahapan dari tiga tahapan tentang sejarah bimbingan menurut Stiller, yaitu sebagai berikut:
  1. Vocational exploration : Tahapan yang menekankan tentang analisis individual dan pasaran kerja
  2. Metting Individual Needs : Tahapan yang menekankan membantu individu agar meeting memperoleh kepuasan kebutuhan hidupnya. Perkembangan BK pada tahapan ini dipengaruhi oleh diri dan memecahkan masalahnya sendiri.
  3. Transisional Professionalism : Tahapan yang memfokuskan perhatian kepada upaya profesionalisasi konselor
  4. Situasional Diagnosis : Tahapan sebagai periode perubahan dan inovasi pada tahapan ini memfokuskan pada analisis lingkungan dalam proses bimbingan dan gerakan cara-cara yang hanya terpusat pada individu.

Di Amerika Serikat
 Bimbingan dimulai pada abad 20 di amerika dengan didirikannya suatu vocational bureau tahun 1908 oleh Frank Parsons yang utuk selanjutnya dikenal dengan nama the father of guidance yang menekankan pentingnya setiap individu diberikan pertolongan agar mereka dapat mengenal atau memahami berbagai perbuatan dan kelemahan yang ada pada  dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara intelijensi denga memilih pekerjaan yang terbaik yang tepat bagi dirinya.

Menurut Arthur E. Trax and Robert D North, dalam bukunya yang berjudul “Techniques of Guidance”, (1986), disebutkan beberapa kejadian penting yang mewarnai sejarah bimbingan diantaranya :


1.      Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Timbul suatu gerakan kemanusiaan yang menitik beratkan pada kesejahteraan manusia dan kondisi sosialnya.
Geraka ini membantu vocational bureau Parsons dalam bidang keungan agar dapat menolong anak-anak muda yang tidak dapat bekerja dengan baik.

2.      Agama

Pada rohaniman berpandangan bahwa dunia adalah dimana ada pertentangan yang secara terus menerus antara baik dan buruk.

3.      Aliran kesehatan mental

Timbul dengan tujuan perlakuan yang manusiawi terhadap penderita penyakit jiwa dan perhatian terhadap berbagai gejala, tingkat penyakit jiwa, pengobatan, dan pencegahannya, karna ada suatu kesadaran bahwa penyakit ini bias diobati apabila ditemukan pada tingkat yang lebih dini. Gerakan ii mendorong para pendidik untuk lebih peka terhadap masalah-masalah gangguan kejiwaan, rasa tidak aman, dan kehilangan identitas diantra anak-anak muda.

4.      Perubahan dalam masyarakat

Akibat dari perang dunia 1 dan 2, pengangguran, depresi, perkembangan IPTEK, wajib belajar, mendorong beribu-ribu anak untuk masuk sekolah tanpa mengetahui untuk apa mereka bersekolah. Perubahan masyarakat semacam ini mendorong para pendidik untuk memperbaiki setiap anak sesuai dengan kebutuhannya agar mereka dapat menyelesaikan pendidikannya dengan berhasil.

5.      Gerakan mengenal siswa sebagai individu

Gerakan ini erat sekali kaitannya dengan gerakan tes pengukuran. Bimbingan diadakan di sekolah disebabkan tugas sekolah untuk mengenal atau memahami siswa-siswanya secara individual. Karena sulitnya untuk mengenal atau memahami siswa secara individual atau pribadi, maka diciptakanlah berbagai teknik dan instrument diantaranya tes psikologis dan pengukuran.



Dafta Pustaka

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor. Naskah Akademik ABKIN (dalam proses finalisasi).

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2005). Standar Kompetensi Konselor Indonesia.
Bandung: ABKIN